widget

Miracle in December

Kamis, 02 April 2015





Itu terjadi satu tahun yang lalu lebih. Seorang gadis terkurung dalam ruangan kecil kosong dengan dinding dan lantai, bahkan langit-langit yang semuanya putih. Tidak ada apa-apa di dalam ruangan, kecuali sebuah kasur tanpa ranjang, bahkan tidak ada seprei, sebuah lemari kecil dari kayu yang kosong tak berisi, seonggok kabel menjadi penghubung komputer lipat kecil yang mengeluarkan alunan musik dan sudah diputar berkali-kali tanpa berganti. Tidak ada hiasan di dindingnya, hanya ada sebuah papan tulis yang terkadang kosong, terkadang ramai oleh apa yang ada di pikiran gadis itu. Ruangan yang kecil itu bahkan dirasa terlalu besar untuk dirinya.


Hanya ada jendela dengan dua daun yang menghadap ke arah matahari terbenam sehingga gadis itu nyaris tidak pernah melihat matahari terbit. Tidak... bahkan ia tidak yakin matahari sedang terbit atau tenggelam. Ia merindukan matahari. Sudah beberapa minggu ia tidak melihat matahari. Meskipun orang-orang di luar berkata bahwa itu siang, tapi di luar sangatlah gelap. November sedang hujan.




Hampa, dingin dan kosong, gadis itu sendirian, terbelenggu dalam pikirannya sendiri. Ruang serasa bergeming, waktu serasa terhenti. Bahkan suara hembusan nafasnya saja menggema di ruangan kecil itu. Kehidupan hanya sebatas area yang ia tempati. Terkadang gadis itu berdiri ke arah jendela, memandang bintang yang samar terlihat saat malam, memandang langit yang lagi-lagi mendung, memandang tetesan-tetesan hujan, atau menyentuhnya saat sesekali ia membuka jendelanya. Walaupun angin kerap menyerbu masuk, tapi ia merasakan kebebasan saat jendela satu-satunya di ruangan itu terbuka. Kebebasan yang hanya sepintas, karena saat ia menutup jendela itu, ia harus kembali dalam pikirannya.


Bangun tidur adalah saat di mana seharusnya ia menaruh harapan baru. Tetapi ia selalu kehilangan orientasi ruang dan waktu begitu terjaga. Dan kembali lagi terkurung dalam pikirannya. Gadis itu menorehkan apa yang ada di benaknya, apa yang ada di pikirannya, pada papan tulis putih yang tergantung di dinding. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengeluarkan diri dari pikirannya. Tidak ada orang untuknya berbicara. Keluarga? Teman? Ia bahkan tidak ingat lagi tentang kehidupan di luar ruangan itu.


Kakak perempuannya terkadang masuk ke ruangan itu untuk membawakan makanan. Gadis itu sampai lupa bagaimana suara pintu yang terbuka. Lupa bagaimana rasanya angin yang masuk melalui celah pintu, bukan dari jendela yang jauh dari tanah. Ia sangat jarang merasakan kehidupan lain selain dirinya. Ya, karena terlalu lama terkurung dalam kesendirian. Ia bahkan merasa aman ketika kakaknya pergi dan kembali menutup pintu lagi.


Temannya pernah mengunjunginya, tapi gadis itu masih tetap berselimut dalam pikirannya. Aneh. Asing rasanya. Walaupun ketika itu ia sedikit teringat tentang kehidupan lamanya, kehidupan yang sebelumnya ia alami, kehidupan yang normal, menyatu dengan dunia luar, tidak seperti sekarang ini. Tercekat antara tembok putih. Sang kawan mencoba memasuki pikirannya, tapi tidak bisa. Mungkin terlalu kuat. Terbiasa sendiri hanya dirinya dan pikirannya, membuat alam bawah sadarnya membentuk perisai yang tidak dapat ditembus oleh siapa pun. Termasuk dirinya sendiri. Dirinya yang mencoba keluar dalam perisai pikirannya.


Baginya, kehidupan mungkin tidak seperti yang orang-orang luar katakan. Kehidupan adalah selagi ia masih bernafas, bergerak, dan kembali berpikir. Kehidupan adalah bangun tidur, lalu menyadari bahwa dirinya adalah dirinya. Bangun tidur adalah sesuatu yang semuanya sama. Karena langit di balik jendela tetaplah gelap. Bunyi-bunyi yang ia dengar juga sama, rintik hujan, alunan musik yang sudah berkali-kali diputar tapi tetap saja ia dengarkan. Bau hujan, bau dingin, bau lembab dan bau kehampaan, semuanya masih sama.


Kehidupan adalah berpikir. Untuk bisa keluar dari belenggu pikirannya ia harus tetap berpikir. Hiburan satu-satunya adalah jendela itu, papan tulis itu dan alunan musik itu lagi. Membuka jendela lagi walau ia tahu akan basah kena air hujan, menghirup udara kebebasan bercampur bau tanah basah. Mengosongkan papan tulis, lalu memenuhinya lagi. Terkadang coretannya sangat indah, namun terkadang mengerikan. Tapi itu semua ialah yang ada di pikirannya.


Kehidupan adalah menahan diri dari tidur walau kata orang matahari sudah ada di balik bumi. Karena tidur artinya ia harus berhenti berpikir. Karena tidur artinya ia menyerah dari kehidupan, tapi orang bilang itu istirahat. Karena jika tidur, maka ia akan merasakan kehampaan yang berlipat kali menyakitkan. Hampa karena tidak berpikir. Tapi akhirnya ia tertidur. Setidaknya dalam tidurnya ia masih bisa berharap. Harapan yang mungkin akan terlupakan lagi setelah ia bangun tidur. Harapan akan datangnya Keajaiban di Desember.










Miracle in December









Satu tahun lamanya. Gadis itu sekarang sudah bebas. Tapi November masih hujan. Alunan musik itu lagi. Alunan musik yang membawanya ke penderitaan masa lalu. Gadis itu masih merasakan sakitnya, meski hanya alunan musik yang terdengar dan November yang hujan. Rasa sakit itu masih ada. Apakah ia akan kembali terkurung dari pikirannya?

0 orang bilang::

Posting Komentar

Isi Komentarmu di bawah ini..